Ebook Majelis Rasulullah SAW

23 September 2011 4 comments

Google, Facebook, Yahoo, Twitter, Dawai Qolbu, Gus Dur, UII, NU, PBNU, Ansor, Nahdlatul Ulama, Andario Dwi, Said AqilMeniti Kesempurnaan Iman
(Sanggahan Terhadap Buku Benteng Tauhid Karya Syeikh Abdullah bin Baz)

Penulis : Habib Munzir Almusawa
Penerbit: Majelis Rasulullah SAW

Download:
http://www.4shared.com/document/pPGIw9Nt/Meniti_Kesempurnaan_Iman.html

Kenalilah Aqidahmu

Penulis : Habib Munzir Almusawa
Penerbit : Majelis Rasulullah SAW

Download:
http://www.4shared.com/document/ldzZfZPL/Kenalilah_Aqidahmu.html

Kenalilah Aqidahmu 2

Penulis : Habib Munzir Almusawa
Penerbit : Majelis Rasulullah SAW

Download:
http://www.4shared.com/document/mQvEAI0A/Kenalilah_Aqidahmu_2.html

Categories: Fiqih

Korupsi Musuh Kemanusiaan

20 June 2011 1 comment

Google, Facebook, Yahoo, Twitter, Dawai Qolbu, Gus Dur, UII, NU, Nahdlatul Ulama, Andario Dwi, Said Aqil, Maman ImanulhaqOleh: KH. Maman Imanulhaq Faqieh
Pengasuh Ponpes al-Mizan, Ciborelang, Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.

Indonesia merupakan negara yang paling relijius di dunia, hampir tidak ada toleransi terhadap pilihan untuk tidak beragama. Pada saat yang sama Indonesia juga merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam terbesar di dunia, lebih dari 80 persen dari 220 juta penduduk adalah muslim. Akan tetapi realitas yang terjadi menunjukkan posisi yang sangat ironis, sebagai negara yang paling relijius ternyata juga sekaligus menjadi negara terkorup di dunia.

Korupsi merupakan kejahatan yang bersarang sejak lama. Berdasarkan pada sejarah panjang budaya dan kekuatan feodal Indonesia, para penguasa masyarakat kita tidak mampu mewujudkan perlunya memisahkan antara uang pribadi dan uang rakyat (publik). Itulah kenapa banyak orang dengan mudah mentolerir penyelewengan kekuasaan dan uang publik untuk kepentingan pribadi, korupsi.
Read more…

Categories: Selayang Pandang

Akar Gerakan Islam Radikal

20 June 2011 2 comments

Google, Facebook, Yahoo, Twitter, Dawai Qolbu, Gus Dur, UII, NU, Nahdlatul Ulama, Andario Dwi, Said AqilOleh : KH. Said Aqil Siroj
Ketua Umum PBNU

RADIKALISME telah menjadi gejala umum di dunia Islam, termasuk di Indonesia. Insiden bom di JW Marriott dan Riz-Carlton 17 Juli lalu membuktikan masih bercokolnya radikalisme atas nama agama.

Islam radikal, tampaknya, terus mencoba melawan. Perlawanan itu muncul dalam bentuk melawan kembali kelompok yang mengancam keberadaan mereka atau identitas yang menjadi taruhan hidup. Mereka berjuang untuk menegakkan cita-cita yang mencakup persoalan hidup secara umum, seperti keluarga atau institusi sosial lain. Mereka berjuang dengan kerangka nilai atau identitas tertentu yang diambil dari warisan masa lalu maupun konstruksi baru. Dan, berjuang melawan musuh-musuh tertentu yang muncul dalam bentuk komunitas atau tata sosial keagamaan yang dipandang menyimpang. Mereka yakin bahwa perjuangan mereka diridai Tuhan.

Read more…

Categories: Selayang Pandang

Islam Keras dan Santun

20 June 2011 1 comment

Google, Facebook, Yahoo, Twitter, Dawai Qolbu, Gus Dur, UII, NU, Nahdlatul Ulama, Andario Dwi, Said AqilTema radikalisme Islam kembali mencuat. Sebutannya pun bisa beragam, seperti ekstrem kanan, fundamentalis, dan militan. Ada juga yang menyebut radikal dengan sebutan Neo-Khawarij dan Khawarij abad ke-20. Radikalisme sekelompok Muslim tidak dapat dijadikan alasan untuk menjadikan Islam sebagai biang keladi radikalisme. Yang pasti, radikalisme berpotensi menjadi bahaya besar bagi masa depan peradaban manusia.

Gerakan radikalisme bukan sebuah gerakan spontan, tetapi memiliki faktor pendorong. Gejala kekerasan ”agama” bisa didudukkan sebagai gejala sosial-politik daripada gejala keagamaan. Akar masalahnya bisa ditelusuri dari sudut sosial-politik dalam kerangka historisitas manusia.

Faktor lain adalah sentimen keagamaan dan solidaritas keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Namun, hal ini lebih tepat disebut faktor emosi keagamaan, bukan faktor agama an sich, meski gerakan radikalisme selalu mengibarkan simbol agama seperti jihad dan mati syahid. Emosi keagamaan adalah agama sebagai pemahaman realitas, bersifat. Jadi, sifatnya nisbi dan subyektif.

Read more…

Categories: Selayang Pandang

Musibah, Rahmat atau Murka Tuhan?

20 June 2011 1 comment

Google, Facebook, Yahoo, Twitter, Dawai Qolbu, Gus Dur, UII, NU, Nahdlatul Ulama, Andario Dwi, Quraish ShibabOleh: Prof. Quraish Shihab

Musibah dalam bahasa Indonesia diartikan “bencana”, “kemalangan”, dan “cobaan”. Dalam Alquran ada 67 kali kata yang seakar dengan kata musibah dan 10 kali kata musibah. Musibah pada mulanya berarti “sesuatu yang menimpa atau mengenai”. Sebenarnya sesuatu yang menimpa itu tidak selalu buruk. Hujan bisa menimpa kita dan itu dapat merupakan sesuatu yang baik. Memang, kata musibah konotasinya selalu buruk, tetapi karena boleh jadi apa yang kita anggap buruk itu, sebenarnya baik, maka Alquran menggunakan kata ini untuk sesuatu yang baik dan buruk (QS. al-Baqarah: 216)

Alquran mengisyaratkan bahwa tidak disentuh seseorang oleh musibah kecuali karena ulahnya sendiri, tetapi disisi lain, ketika Alquran berbicara tentang bala, dikatakannya musibah itu datang dari Allah Swt. Tidak ada musibah yang terjadi kecuali atas izin Allah ketika kita berbicara tentang bala (yang diartikan juga bencana). Sebenarnya bala pada mulanya berarti “menguji” bisa juga berarti “menampakkan”. Seseorang yang diuji itu dinampakkan kemampuannya.

Read more…

Categories: Selayang Pandang

Menjaga Amanah

20 June 2011 1 comment

Google, Facebook, Yahoo, Twitter, Dawai Qolbu, Gus Dur, UII, NU, Nahdlatul Ulama, Andario DwiOleh: Ustadz Arifin Ilham

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.” (QS al-Anfal [8]: 27).

Ayat ini menegaskan syariat luhur bernama amanah. Berasal dari kata amuna, ya’munu, amanatan, amanah berarti jujur dan dapat dipercaya. Berkembang menjadi kata aminah yang berarti aman tenteram. Lalu muncul derivasi lain, ‘aamanah’, artinya ‘saling percaya’.

Dari gramatikal amanah ini lahir pemahaman bahwa kejujuran akan memberi rasa aman bagi semua pihak sehingga lahir rasa saling percaya. Saat seseorang memelihara amanah sama halnya dengan menjaga harga dirinya, sekaligus sebagai satu rumpun kata dan makna dengan ‘iman’. Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada iman bagi yang tidak amanah (tidak jujur dan tak bisa dipercaya), dan tidak ada dien bagi yang tidak menepati janji.” (HR Baihaqi).

Read more…

Categories: Selayang Pandang